Emil dan Liliana si Pengeliling Dunia: We Can't Stop This Trip PDF Cetak Email
Selasa, 16 Maret 2010 18:01
Starberita - Medan, Umumnya manusia rindu pulang ke rumah, ingin bertemu anak-anak dan sanak famili. Tapi tidak untuk pasangan Schmid Emil dan Liliana. Warga negara Swiss ini punya hobi berkeliling dunia, tidak pernah berpikir untuk pulang ke rumah, dan tidak bisa lagi menghentikan perjalanan mereka.
"We can't stop this trip.This is our life. Simple life,"ujarnya ketika berbincang dengan starberita di Kopi Tiam Ong di Jalan Dr Mansyur Medan, Selasa (16/3).

Pasangan yang sudah memecahkan Guiness Book of Record ini, keinginan berkeliling dunia dengan menggunakan mobil Toyota Land Cruiser sudah terpikir di usia 22 tahun.Ketika masih aktif bekerja, mereka terpikir untuk mengubah hidup, dari yang membosankan dengan rutinitas selama ini, untuk mengelilingi dunia, agar bertemu dengan hal-hal baru di sejumlah negara.
 
Pasangan yang tidak memiliki anak ini, lalumenyimpan uang. Kemudian ketika usia mereka 42 tahun,tepatnya pada 16 Oktober 1984,  mereka memutuskan untuk berhenti bekerja, mmbeli mobil, dan mulai melakukan perjalanan untuk mengelilingi dunia.Awalnya mereka ingin melakukan perjalanan 2 tahun dulu, ternyata mereka sangat menikmati perjalanan tersebut, lalu memutuskan untuk terus mengelilingi dunia hingga saat ini.

"we meet people of different people all the time in every country we visited, see a different landscape, so we go ahead and the road to neverstopped.We each took turns deciding goal to the next country,"ujar keduanya, yang juga ditemani Salimin Djohan Wang, owner Kopi Tiam Ong tersebut.
Soal sumber keuangan yang mereka gunakan selama 25 tahun ini,Liliana mengatakan, bahwa modal awal mereka adalah hasil saving mereka berdua selama bekerja. Tapi kemudian keuangan mereka pun menipis tahun 1991. Di Afrika, khususnya di Burundi, mereka dapat bantuan dana dari donator di negara tersebut. Dan baru-baru ini mereka mendapat pensiun mereka berdua.

Ketika ditanya bagaimana keuangan kedepan hingga perjalanan mereka berhenti, keduanya serentak mengatakan tak takut. Mereka yakin bahwa di sejumlah negara ada saja orang baik yang mereka temui,baik secara pribadi maupun institusi."About how we were not afraid of the future,"jelas Liliana.
Seperti halnya di Medan, ia bertemu dengan sejumlah pihak yang memberi perhatian, seperti sumbangan ban luar mobil mereka dari seorang pengusaha industri ban, undangan makan malam.Selama ini mobil mereka tersebut dijadikan rumah, karena mobil mereka didisain khusus sehingga bisa membawa sejumlah peralatan, seperti tenda, peralatan masak, pakaian dan peralatan lain yang dibutuhkan.

"Kadang istri saya di losmen tidur, dan saya di mobil. Atau kami bisa tidur di tenda yang kami pasang di perjalanan, dimana kami sadari cukup aman. Tak jarang kami diusir warga, sering juga diminta polisi untuk tidur di pos polisi. Kami enjoy saja, semuanya kami nikmati,"ujar Emil.
 
Sebelum ke Indonesia, pasangan ini terlebih dahulu ke Timor Leste, dan berikutnya ke Papua New Gini (PNG).Bahkan soal meninggal dimana pun dan bagaimana pun, kedua pasangan ini tak ambil pusing. "where it was dead did not matter.When it died it was done,"ujar Emil dengan santai.(MBB)

 

Beri Komentar


Security code
Refresh