Starberita - Medan, Umumnya
manusia rindu pulang ke rumah, ingin bertemu anak-anak dan
sanak famili. Tapi tidak untuk pasangan Schmid Emil dan
Liliana. Warga negara Swiss ini punya hobi berkeliling dunia,
tidak pernah berpikir untuk pulang ke rumah, dan tidak bisa
lagi menghentikan perjalanan mereka. "We can't stop this
trip.This is our life. Simple life,"ujarnya ketika berbincang
dengan starberita di Kopi Tiam Ong di Jalan Dr Mansyur Medan,
Selasa (16/3).
Pasangan yang sudah memecahkan Guiness
Book of Record ini, keinginan berkeliling dunia dengan
menggunakan mobil Toyota Land Cruiser sudah terpikir di usia
22 tahun.Ketika masih aktif bekerja, mereka terpikir untuk
mengubah hidup, dari yang membosankan dengan rutinitas selama
ini, untuk mengelilingi dunia, agar bertemu dengan hal-hal
baru di sejumlah negara.
Pasangan yang tidak memiliki anak ini,
lalumenyimpan uang. Kemudian ketika usia mereka 42
tahun,tepatnya pada 16 Oktober 1984, mereka memutuskan
untuk berhenti bekerja, mmbeli mobil, dan mulai melakukan
perjalanan untuk mengelilingi dunia.Awalnya mereka ingin
melakukan perjalanan 2 tahun dulu, ternyata mereka sangat
menikmati perjalanan tersebut, lalu memutuskan untuk terus
mengelilingi dunia hingga saat ini.
"we meet people of different people all
the time in every country we visited, see a different
landscape, so we go ahead and the road to neverstopped.We each
took turns deciding goal to the next country,"ujar keduanya,
yang juga ditemani Salimin Djohan Wang, owner Kopi Tiam Ong
tersebut. Soal sumber keuangan yang mereka gunakan selama
25 tahun ini,Liliana mengatakan, bahwa modal awal mereka
adalah hasil saving mereka berdua selama bekerja. Tapi
kemudian keuangan mereka pun menipis tahun 1991. Di Afrika,
khususnya di Burundi, mereka dapat bantuan dana dari donator
di negara tersebut. Dan baru-baru ini mereka mendapat pensiun
mereka berdua.
Ketika ditanya bagaimana keuangan
kedepan hingga perjalanan mereka berhenti, keduanya serentak
mengatakan tak takut. Mereka yakin bahwa di sejumlah negara
ada saja orang baik yang mereka temui,baik secara pribadi
maupun institusi."About how we were not afraid of the
future,"jelas Liliana. Seperti halnya di Medan, ia bertemu
dengan sejumlah pihak yang memberi perhatian, seperti
sumbangan ban luar mobil mereka dari seorang pengusaha
industri ban, undangan makan malam.Selama ini mobil mereka
tersebut dijadikan rumah, karena mobil mereka didisain khusus
sehingga bisa membawa sejumlah peralatan, seperti tenda,
peralatan masak, pakaian dan peralatan lain yang
dibutuhkan.
"Kadang istri saya di losmen tidur, dan
saya di mobil. Atau kami bisa tidur di tenda yang kami pasang
di perjalanan, dimana kami sadari cukup aman. Tak jarang kami
diusir warga, sering juga diminta polisi untuk tidur di pos
polisi. Kami enjoy saja, semuanya kami nikmati,"ujar
Emil.
Sebelum ke Indonesia, pasangan ini terlebih
dahulu ke Timor Leste, dan berikutnya ke Papua New Gini
(PNG).Bahkan soal meninggal dimana pun dan bagaimana pun,
kedua pasangan ini tak ambil pusing. "where it was dead did
not matter.When it died it was done,"ujar Emil dengan
santai.(MBB)
|